Suatu Senja di Teras Atap Kamar Kos
anakkos.com - Aku masih ingat betul saat pertama kali memutuskan nge-kos di daerah dekat kampus. yup, aku baru semester baru di sebuah kampus islam negeri di Yogyakarta.
Suka duka kita lalui bersama, kekoyolan hakiki pernah kita lakukan. akan tetapi saat senja kali ini begitu jahat, ia sedang menampakkan kelamnya sore hari. Aku yang sudah akrab dengan dia, aku justru memutuskan untuk pindah kamar bersama dua orang yang belum aku kenal sama sekali.
Pertama kali ngekos, aku sekamar berdua dengan teman kakak seniorku, rupanya dia adalah teman kakakku.
Suka duka kita lalui bersama, kekoyolan hakiki pernah kita lakukan. akan tetapi saat senja kali ini begitu jahat, ia sedang menampakkan kelamnya sore hari. Aku yang sudah akrab dengan dia, aku justru memutuskan untuk pindah kamar bersama dua orang yang belum aku kenal sama sekali.
Mereka juga sama-sama mahasiswa baru. Aku tidak pernah tau dengan perjumpaan ini, akan tetapi lambat laun perjumpaan itu membawa kita menjadi layaknya saudara bahkan keluarga yang enggan untuk berpisah. Bagaikan garis tangan yang menunjukkan takdir abstrak kehidupan ini. Kita bertiga melalui kehidupan kos, lengkap dengan suka duka. Jika mengingatnya, berkesan hati ini.
Aku masih ingat betul, kamar kita berbentuk L. L melambangkan sebuah sudut dimana dalam hidup kita kadang dipaksa berbelok, disaat menemukan sudut sempit dan terjepit. Iya, saat itu kita bertiga pernah merasakan masa-masa sulit saat akhir bulan, karena belum dapat kiriman. Sehingga kita harus memutar otak agar bisa terus makan dan bertahan ditanah perantauan. Makan mie bertiga dalam satu magic com pun kami lakukan.
Selain itu, kisah percintaan dari salah satu kami yang rumit, tingkah konyol kita bertiga, candaan, tangis dan tawa kadang tergambar lucu bagaikan skala richter yang mendeteksi pergeseran tanah diwilayah gunung berapi.Kisah kami begitu romantis bak kota jogja yang penuh dengan kenangan romantis.
Namun kisah indah kita ini memiliki masa yang sangat sempit, bagaikan masa jabatan khalifah yang harus mundur karena tergantikan yang lebih kuat. Tapi aku tidak mau seperti itu, kisah kita tak boleh tergantikan. kisah kita akan berlanjut pada jalan masing-masing, meski dua dari kita memutuskan untuk mondok dan yang satu memutuskan untuk tetap menjadi anak kos.
Dengan jalan seperti ini, kita akhirnya mengerti arti sebuah pertemuan, arti sebuah kekonyolan dan arti sebuah kebersamaan. Dengan cara seperti ini, kita akan terus berjuang mewujudkan cita-cita agar suatu saat nanti kita bertemu dengan cerita lain yang lebih indah. Agar suatu saat nanti kita bertemu bukan lagi sebagai anak kos atau anak pondok, tapi sebagai seorang perempuan yang sukses.
Yah, senja disore ini begitu indah, sampai-sampai aku membuat lamunan indah ini, bersama cahaya jingga dan hembusan angin sore. Rasanya persis seperti indahnya saat dulu pertama kali, kau mengajarkanku cara menikmati senja. Saat kau memintaku untuk memejamkan mata dan menikmati hembusan angin yang sepoi. Bedanya senja kali ini, aku melihat senja dari atas jemuran lantai tiga kos-kosan sebagaimana dulu sering kita lakukan. Sedangkan kau kawan, mungkin juga menikmati senja ini dilantai 3 pondokmu . Namun saat ini, entah mengapa aku yakin sekali, kita sama-sama melihat senja dilangit yang sama.
Senja dilangit Indonesia.
Aku masih ingat betul, kamar kita berbentuk L. L melambangkan sebuah sudut dimana dalam hidup kita kadang dipaksa berbelok, disaat menemukan sudut sempit dan terjepit. Iya, saat itu kita bertiga pernah merasakan masa-masa sulit saat akhir bulan, karena belum dapat kiriman. Sehingga kita harus memutar otak agar bisa terus makan dan bertahan ditanah perantauan. Makan mie bertiga dalam satu magic com pun kami lakukan.
Selain itu, kisah percintaan dari salah satu kami yang rumit, tingkah konyol kita bertiga, candaan, tangis dan tawa kadang tergambar lucu bagaikan skala richter yang mendeteksi pergeseran tanah diwilayah gunung berapi.Kisah kami begitu romantis bak kota jogja yang penuh dengan kenangan romantis.
Namun kisah indah kita ini memiliki masa yang sangat sempit, bagaikan masa jabatan khalifah yang harus mundur karena tergantikan yang lebih kuat. Tapi aku tidak mau seperti itu, kisah kita tak boleh tergantikan. kisah kita akan berlanjut pada jalan masing-masing, meski dua dari kita memutuskan untuk mondok dan yang satu memutuskan untuk tetap menjadi anak kos.
Dengan jalan seperti ini, kita akhirnya mengerti arti sebuah pertemuan, arti sebuah kekonyolan dan arti sebuah kebersamaan. Dengan cara seperti ini, kita akan terus berjuang mewujudkan cita-cita agar suatu saat nanti kita bertemu dengan cerita lain yang lebih indah. Agar suatu saat nanti kita bertemu bukan lagi sebagai anak kos atau anak pondok, tapi sebagai seorang perempuan yang sukses.
Yah, senja disore ini begitu indah, sampai-sampai aku membuat lamunan indah ini, bersama cahaya jingga dan hembusan angin sore. Rasanya persis seperti indahnya saat dulu pertama kali, kau mengajarkanku cara menikmati senja. Saat kau memintaku untuk memejamkan mata dan menikmati hembusan angin yang sepoi. Bedanya senja kali ini, aku melihat senja dari atas jemuran lantai tiga kos-kosan sebagaimana dulu sering kita lakukan. Sedangkan kau kawan, mungkin juga menikmati senja ini dilantai 3 pondokmu . Namun saat ini, entah mengapa aku yakin sekali, kita sama-sama melihat senja dilangit yang sama.
Senja dilangit Indonesia.