Surat Untuk Kita, Orang-Orang Yang Kecanduan Berorganisasi
Untuk kita yang menghabiskan banyak waktu di kampus
Untuk kita yang mengesampingkan tugas kuliah
Untuk kita yang sering beda argumen saat musyawarah atau rapat
Untuk kita yang sering pulang larut malam hingga dini hari
Untuk kita yang rela hujan2an demi sebuah pertemuan anggota
Untuk kita yang mengesampingkan ihwal makan siang demi sebuah integritas
Untuk kita yang pulang dalam kondisi kelelahan
Untuk kita yang hanya beristirahat pada saat sholat
Aku ingin menceritakan beberapa hal yang mungkin engkau juga rasakan
Mungkin aku sepertimu, yang pulang larut malam. Bahkan pulang dini hari diselimuti embun yang begitu menusuk. Mengesampingkan rasa ego, emosi, dan kepentingn diri sendiri. Berusaha menahan sekuat tenaga agar tubuh tetap terjaga. Agar tugas terlaksana. Menjaga mata agar tak terlena, karena sekali berkedip saja, kantuk berhasil menyerang segalanya.
Mungkin aku sepertimu, tugas kuliah sering dikesampingkan. "Ah nanti saja, masih ada waktu esok". Bukan arti membandel, bukan arti melupakan kewajiban utama. Tetapi bahu ini terlalu berat, mata ini terlalu jahat, dan malam semakin pekat. Begitu susah beranjak untuk menyalakan PC dan memegang pena. Ingin rasanya bercinta dengan bantal dan selimut yang merayu manja.
Mungkin aku sepertimu, hidup nomaden bagai tak tentu arah. Seperti tak punya rumah, dan membiarkan tubuh ini bersandar pada dinding atau lantai gedung kuliah. Berselimutkan dingin dan canda tawa dengan rekan2, nikmat rasanya. Tapi sungguh malu juga, badan ini sangat kucel untuk melanjutkan pembicaraan.
Mungkin aku sepertimu, yang kadang merelakan waktu makan demi sebuah kata komitmen dan integritas. Dengan lagak sok sok an mengatur jalannya acara dan organisasi. Melupakan semuanya demi sebuah terlaksananya suatu kegiatan. Atau ketika maag menyerang, bisa apa kita. Hanya bisa menelan pil hambar untuk menahan rasa sakit dan berjibaku kembali dengan rutinitas.
Mungkin aku sepertimu, yang kadang merasa jenuh. Bukan berarti meninggalkan kewajiban, tapi hanya ingin mengikat rindu. Bisakah kita beberapa hari tidak bertemu? Supaya ketika berjumpa nanti, aku bisa memelukmu dengan erat. Supaya kita melaksanakan tugas dengan lebih giat. Bukan berarti aku marah, aku ingin menghela napas sejenak. Sama sepertimu bukan? Yang mengandaikan otak ini bisa dilepas, lalu bisa ditaruh kulkas.
Mungkin aku sepertimu, hanya bisa mengistirahatkan bahu saat sholat. Saat waktu-waktu kritis itu begitu diinginkan. Saat tubuh bisa disandarkan pada dinding musala walau hanya tiga menit. Di kala kesibukan yang menggenggam tubuh kita, hanyalah kata2 pada yang Maha Pemberi Hidup saja bisa kita andalkan.
Untukmu dan untuk kita. Orang-orang yang kecanduan berorganisasi. Tak ada waktu yang indah selain berjumpa dengan kawan, beretorika bersama, action bersama, dan semua dilakukan atas kepedulian untuk semua. Aku rasa organisasi memang candu, dia seperti morphin, kadang seperti aspirin. Kadang beraroma nikmat seperti kafein.
Untukmu yang kecanduan berorganisasi, jangan diobati. Biarkan itu tetap mengalir dalam darahmu, biarkan kau menjadi sakkau dan biarkan dia tetap bereaksi seperti flakka.
Sebab dalam organisasi selalu ada cinta.
Untuk kita yang mengesampingkan tugas kuliah
Untuk kita yang sering beda argumen saat musyawarah atau rapat
Untuk kita yang sering pulang larut malam hingga dini hari
Untuk kita yang rela hujan2an demi sebuah pertemuan anggota
Untuk kita yang mengesampingkan ihwal makan siang demi sebuah integritas
Untuk kita yang pulang dalam kondisi kelelahan
Untuk kita yang hanya beristirahat pada saat sholat
Aku ingin menceritakan beberapa hal yang mungkin engkau juga rasakan
Mungkin aku sepertimu, yang pulang larut malam. Bahkan pulang dini hari diselimuti embun yang begitu menusuk. Mengesampingkan rasa ego, emosi, dan kepentingn diri sendiri. Berusaha menahan sekuat tenaga agar tubuh tetap terjaga. Agar tugas terlaksana. Menjaga mata agar tak terlena, karena sekali berkedip saja, kantuk berhasil menyerang segalanya.
Mungkin aku sepertimu, tugas kuliah sering dikesampingkan. "Ah nanti saja, masih ada waktu esok". Bukan arti membandel, bukan arti melupakan kewajiban utama. Tetapi bahu ini terlalu berat, mata ini terlalu jahat, dan malam semakin pekat. Begitu susah beranjak untuk menyalakan PC dan memegang pena. Ingin rasanya bercinta dengan bantal dan selimut yang merayu manja.
Mungkin aku sepertimu, hidup nomaden bagai tak tentu arah. Seperti tak punya rumah, dan membiarkan tubuh ini bersandar pada dinding atau lantai gedung kuliah. Berselimutkan dingin dan canda tawa dengan rekan2, nikmat rasanya. Tapi sungguh malu juga, badan ini sangat kucel untuk melanjutkan pembicaraan.
Mungkin aku sepertimu, yang kadang merelakan waktu makan demi sebuah kata komitmen dan integritas. Dengan lagak sok sok an mengatur jalannya acara dan organisasi. Melupakan semuanya demi sebuah terlaksananya suatu kegiatan. Atau ketika maag menyerang, bisa apa kita. Hanya bisa menelan pil hambar untuk menahan rasa sakit dan berjibaku kembali dengan rutinitas.
Mungkin aku sepertimu, yang kadang merasa jenuh. Bukan berarti meninggalkan kewajiban, tapi hanya ingin mengikat rindu. Bisakah kita beberapa hari tidak bertemu? Supaya ketika berjumpa nanti, aku bisa memelukmu dengan erat. Supaya kita melaksanakan tugas dengan lebih giat. Bukan berarti aku marah, aku ingin menghela napas sejenak. Sama sepertimu bukan? Yang mengandaikan otak ini bisa dilepas, lalu bisa ditaruh kulkas.
Mungkin aku sepertimu, hanya bisa mengistirahatkan bahu saat sholat. Saat waktu-waktu kritis itu begitu diinginkan. Saat tubuh bisa disandarkan pada dinding musala walau hanya tiga menit. Di kala kesibukan yang menggenggam tubuh kita, hanyalah kata2 pada yang Maha Pemberi Hidup saja bisa kita andalkan.
Untukmu dan untuk kita. Orang-orang yang kecanduan berorganisasi. Tak ada waktu yang indah selain berjumpa dengan kawan, beretorika bersama, action bersama, dan semua dilakukan atas kepedulian untuk semua. Aku rasa organisasi memang candu, dia seperti morphin, kadang seperti aspirin. Kadang beraroma nikmat seperti kafein.
Untukmu yang kecanduan berorganisasi, jangan diobati. Biarkan itu tetap mengalir dalam darahmu, biarkan kau menjadi sakkau dan biarkan dia tetap bereaksi seperti flakka.
Sebab dalam organisasi selalu ada cinta.
Posting Komentar untuk "Surat Untuk Kita, Orang-Orang Yang Kecanduan Berorganisasi"