Catatan Kritis Aksi Gejayan Memanggil di Yogyakarta
Gejayan memanggil - adalah sebuah aksi politik terkait dengan keadaan negeri yang "kacau". Banyak hal terkait dengan penafsiran aksi gegayan memanggil ini. Beberapa diantaranya akan redaksi sajikan dibawah ini.
Ribuan mahasiswa menghadiri seruan Gejayan Memanggil yang sejak sehari sebelumnya trending di sosial media. Nah berikut ada sedikit ulasan menarik terkait gerakan tersebut.
Jika melihat trending terbaru #peoplepower, indikasi upaya penunggangan yang dilakukan kubu kanan (oposisi Jokowi) telah jelas. Aku gak tahu apakah kemunculan tagar ini adalah upaya dari kelompok kiri-tengah progressif ataukah kanan. Namun kesamaan retorika ini tidak bisa sekadar dipahami sbg sebuah kebetulan belaka. Disini jelas bahwa aksi Gejayan Memanggil merupakan upaya dari gerakan progressif. Namun dengan adanya isu yang seupa serta pemakaian retorika yang berdekatan sangat memungkinkan gerakan Gejayan ini ditunggangi. Minimal dalam merebut perhatian publiknya.
Aku lebih cenderung melihatnya sebagai "perang posisi" dalam term Gramscian. Yaitu saat ketika ada dua kekuatan politik sipil yg bersaing menaikkan agenda politik demi memperebutkan basis sosial dan kekuatan politiknya. Sebagai sebuah pertarungan, ada kemungkinan satu pihak kalaha atau sebuah rekonsiliasi -penggabungan kelompok dan aspirasi politiknya. Dalam konteks inilah kiranya para penggerak Gejayan perlu waspada. BTW, netizen itu babar dan sulit diprediksi. Ditambah rezim yg dekat dengan penguasa internet seperti fesbuk. Tentara maya rezim dan kelompok kanan kemampuan dan pengalamannya juga tidak boleh dipandang sebelah mata.
Kukira yang penting untuk dilakukan adl tetap bergerak mendukung kiri-tengah ini (dalam bentuk apapun) dan mewaspadai gerak-gerik kelompok kanan.
Kalau untuk teman teman yang banyak belajar diksi dan bahasa, coba pikirkan sebuah slogan atau tagar yang baru. #peoplepower dan slogan perlawanan lainnya akhir2 ini telah seribg diapaki kubu kanan. Hanya #gejayanmemanggil aja yang kukira otentik. Selain itu belum ada retorika baru yg menggambarkan sekaligus membedakan kiri-tengah ini dengan kanan. Di jaman digital begini kadang kita miskin diksi yang bikin orang gagal paham atas agenda politik yang coba ditawarkan. (sumber wag)
Akan tetapi kehawatiran dan persepsi tersebut di klarifikasi oleh Puthut EA, dalam laman facebooknya ia mengungkap pasca aksi gejayan memanggil tersebut:
Demikian prespektif dari aksi damai Gejayan Memanggil, semoga mampu memperkaya informasi kita hari ini.
Ribuan mahasiswa menghadiri seruan Gejayan Memanggil yang sejak sehari sebelumnya trending di sosial media. Nah berikut ada sedikit ulasan menarik terkait gerakan tersebut.
Tulisan Kreatif |
Aku lebih cenderung melihatnya sebagai "perang posisi" dalam term Gramscian. Yaitu saat ketika ada dua kekuatan politik sipil yg bersaing menaikkan agenda politik demi memperebutkan basis sosial dan kekuatan politiknya. Sebagai sebuah pertarungan, ada kemungkinan satu pihak kalaha atau sebuah rekonsiliasi -penggabungan kelompok dan aspirasi politiknya. Dalam konteks inilah kiranya para penggerak Gejayan perlu waspada. BTW, netizen itu babar dan sulit diprediksi. Ditambah rezim yg dekat dengan penguasa internet seperti fesbuk. Tentara maya rezim dan kelompok kanan kemampuan dan pengalamannya juga tidak boleh dipandang sebelah mata.
Kukira yang penting untuk dilakukan adl tetap bergerak mendukung kiri-tengah ini (dalam bentuk apapun) dan mewaspadai gerak-gerik kelompok kanan.
Kalau untuk teman teman yang banyak belajar diksi dan bahasa, coba pikirkan sebuah slogan atau tagar yang baru. #peoplepower dan slogan perlawanan lainnya akhir2 ini telah seribg diapaki kubu kanan. Hanya #gejayanmemanggil aja yang kukira otentik. Selain itu belum ada retorika baru yg menggambarkan sekaligus membedakan kiri-tengah ini dengan kanan. Di jaman digital begini kadang kita miskin diksi yang bikin orang gagal paham atas agenda politik yang coba ditawarkan. (sumber wag)
Akan tetapi kehawatiran dan persepsi tersebut di klarifikasi oleh Puthut EA, dalam laman facebooknya ia mengungkap pasca aksi gejayan memanggil tersebut:
- Tak ada seruan Jokowi Turun, yang ada seruan: DPR sampah!
- Tidak ada oknum yang menunggangi. Identitas pelaksana jelas. Panitia jernih dan cerdas.
- Tak bisa dihentikan. Gelombang ini tidak mungkin berhenti. kalau makin membesar bisa. Kecuali tuntutan mereka dikabulkan.
- Dari tadi nyari yang nunggangi dan isu martir yang sengaja disebar, ternyata tidak ketemu. Malah ketemu baliho ini didekat lokasi. Mungkin ‘martir’ yang disebut diselebaran gelap itu ‘Martir Luther King Jr’. lihat gambar dibawh
- Banyak dosen ikut, termasuk UGM dan Sadhar yang ikut. Itu artinya ya mereka gak peduli dengan seruan rektorat.
martin |
Tuntutan massa aksi
Berikut adalah 7 tuntutan aksi damai Gejayan Memanggil yakni:- Mendesak penundaan pembahasan ulang trhadap pasal2 yang bermasalah dlm RKUHP.
- Mendesak DPR & Pemerintah utk segera merevisi UU KPK yang baru saja disahkan dan menolak segala bentuk upaya pelemahan pemberantasan korupsi.
- Menuntut negara untuk segera mengusut dan mengadili elite2 yg bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan dibeberapa wilayah di Indonesia.
- Menolak pasal2 yg bermasalah dalam RUU Ketenagakerjaan yang tidak berpihak pada pekerja.
- Menolak pasal2 problematis dalam RUU Pertanahan yang merupakan bentuk penghianatan terhadap semangat reforma agraria.
- Mendesak pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS).
- Mendorong proses demokratisasi di Indonesia dan menghentikan penangkapan aktivis di berbagai sektor.
Peserta demo dilempari/dibagiin buah oleh masyarakat |