Berjilbab Sebagai Perjalanan Spiritual
anakkos.com - Tanggal 1 Februari diperingati sebagai hari hijab sedunia. Di Indonesia, hal ini sempat ramai karena mendapat perlawanan dengan mengusung Hari Tanpa Hijab. Baiklah, siapa saja boleh berpendapat apa saja. Saya anggap itu pendapat, bukan menghujat. Kalaupun menghujat, tidak perlu emosi, kalem aja. Dihujat karena memakai hijab, malah bagus. Itu cobaan, berhijab itu tanda beriman. Hanya tanda ya, namanya tanda belum tentu pasti merujuk pada apa yang ditanda. Misalnya, mendung tanda hujan, tapi tidak selalu mendung menjadi tanda hujan. Jadi hijab belum tentu beriman, dia hanya tanda beriman.
Nah, karena itu untuk menguji orang berhijab itu beriman, memang harus dibuat penentang. Tuhan menciptakan makhluk penentang seperti Iblis memang untuk tugas menguji keimanan seseorang. Jadi, biarkan saja para penentang itu bekerja sesuai fungsinya. Para pemakai hijab atau kaum beriman seharusnya tidak perlu marah, sebaliknya berterima kasihlah pada mereka yang bertugas menentang pemakai hijab.
BERHIJAB SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL
Jalan berhijab yang kaffah masih panjang. Sebab berhijab belum tentu sesuai syariat. Karena itu, sebut saja menutup aurat bagi perempuan muslimah, bagi saya adalah suatu perjalanan spiritual. Ini sangat personal, tidak bisa diintervensi oleh apapun. Perjalanan menutup aurat perempuan tersebut tergambar dalam bentuk perjalanan penampilan sebagai berikut:
1. Awalnya, perempuan tanpa jilbab /hijab. Cirinya, matanya mencari dan mencuri pandang lawan jenis.
2. Kemudian, perempuan mengenakan jilbab/hijab tapi tetap ingin terlihat seksi (jilbob). Cirinya, tubuhnya ingin menjadi pemandangan lawan jenis. Jika dipandang merasa senang.
3. Selanjutnya perempuan dengan jilbab/hijab menutupi 2/3 tubuhnya (jilbab syar'i). Cirinya, tidak memandang lawan jenis, jika dipandang menunduk.
4. Pada akhirnya, perempuan dengan jilbab/hijab menutup semua wajah (cadar/niqab). Cirinya, tidak bisa dipandang dan tidak senang memandang lawan jenis.
Secara spiritual, bila sudah tiba pada titik ke-4, ujiannya semakin berat. Karena berat dan tidak kuat, bahkan ada yang kembali ke titik ke-1. Inilah yang saya sebut, menutup aurat sebagai perjalanan spiritual sebagai tanda beriman. Dia kadang meletup, tapi redup dan tak jarang terkatup.
Karena itu, jangan merendahkan penampilan perempuan dalam menutup auratnya pada keempat titik tersebut. Menutup aurat perempuan itu perjalanan panjang. Sebab, ini adalah perjalanan tanpa ujung sampai ruh dijeput lepas dari tubuhnya.
Ruh menjadi kunci dan substansi. Ruh inilah yang harus mengambil kendali dan inisiatif dalam menutup aurat. Sebab, ruh ini yang seharusnya berpikir untuk memutuskan yang terbaik bagi tubuhnya.
Saya menilai, penetapan 1 Februari sebagai World Hijab Day merupakan hasil ruh yang berpikir. World Hijab Day diluncurkan pada 2013 oleh muslimah berhijab bernama Nazma Khan yang tinggal di New York, Amerika Serikat.
Nazma mencetuskan World Hijab Day untuk mempromosikan toleransi beragama dengan menyerukan perempuan muslim yang tak berhijab dan perempuan non muslim untuk mencoba mengenakan hijab selama sehari. Ini dilakukan untuk menciptakan toleransi dan penghargaan terhadap pemakai hijab.
Selamat berhijab ya ukhti...
Iswandi Syahputra
Nah, karena itu untuk menguji orang berhijab itu beriman, memang harus dibuat penentang. Tuhan menciptakan makhluk penentang seperti Iblis memang untuk tugas menguji keimanan seseorang. Jadi, biarkan saja para penentang itu bekerja sesuai fungsinya. Para pemakai hijab atau kaum beriman seharusnya tidak perlu marah, sebaliknya berterima kasihlah pada mereka yang bertugas menentang pemakai hijab.
BERHIJAB SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL
Jalan berhijab yang kaffah masih panjang. Sebab berhijab belum tentu sesuai syariat. Karena itu, sebut saja menutup aurat bagi perempuan muslimah, bagi saya adalah suatu perjalanan spiritual. Ini sangat personal, tidak bisa diintervensi oleh apapun. Perjalanan menutup aurat perempuan tersebut tergambar dalam bentuk perjalanan penampilan sebagai berikut:
1. Awalnya, perempuan tanpa jilbab /hijab. Cirinya, matanya mencari dan mencuri pandang lawan jenis.
2. Kemudian, perempuan mengenakan jilbab/hijab tapi tetap ingin terlihat seksi (jilbob). Cirinya, tubuhnya ingin menjadi pemandangan lawan jenis. Jika dipandang merasa senang.
3. Selanjutnya perempuan dengan jilbab/hijab menutupi 2/3 tubuhnya (jilbab syar'i). Cirinya, tidak memandang lawan jenis, jika dipandang menunduk.
4. Pada akhirnya, perempuan dengan jilbab/hijab menutup semua wajah (cadar/niqab). Cirinya, tidak bisa dipandang dan tidak senang memandang lawan jenis.
Secara spiritual, bila sudah tiba pada titik ke-4, ujiannya semakin berat. Karena berat dan tidak kuat, bahkan ada yang kembali ke titik ke-1. Inilah yang saya sebut, menutup aurat sebagai perjalanan spiritual sebagai tanda beriman. Dia kadang meletup, tapi redup dan tak jarang terkatup.
Karena itu, jangan merendahkan penampilan perempuan dalam menutup auratnya pada keempat titik tersebut. Menutup aurat perempuan itu perjalanan panjang. Sebab, ini adalah perjalanan tanpa ujung sampai ruh dijeput lepas dari tubuhnya.
Ruh menjadi kunci dan substansi. Ruh inilah yang harus mengambil kendali dan inisiatif dalam menutup aurat. Sebab, ruh ini yang seharusnya berpikir untuk memutuskan yang terbaik bagi tubuhnya.
Saya menilai, penetapan 1 Februari sebagai World Hijab Day merupakan hasil ruh yang berpikir. World Hijab Day diluncurkan pada 2013 oleh muslimah berhijab bernama Nazma Khan yang tinggal di New York, Amerika Serikat.
Nazma mencetuskan World Hijab Day untuk mempromosikan toleransi beragama dengan menyerukan perempuan muslim yang tak berhijab dan perempuan non muslim untuk mencoba mengenakan hijab selama sehari. Ini dilakukan untuk menciptakan toleransi dan penghargaan terhadap pemakai hijab.
Selamat berhijab ya ukhti...
Iswandi Syahputra